Tuesday, January 28, 2014

LTNS... Sorry for the lack of updates...

It's been a very-very-very long time since my last post here.


Firstofall, sorry for the lack of updates... It's been a busy days lately, and my final examination is on the horizon. (MASTAHHHH LANGUAGE)




I still spare my time to play video games, illegally, and I learned how to play guitar. Who knows that the basics were quite simple (Bragging mode activated...). Also, I am working on my new short story in English. I wrote some short story, but never in English, as (I suppose) my second language. Anyway, as soon I complete the short story, I will post it here, if I have time.









Anyway, here's my older short story. Indonesian-languaged, but it's set in the US, in the Zombie Apocalypse. I wrote this story for my school task and if chosen, it will be posted in school magazine. It's been published before Christmas, and my short story didn't make it to the magazine. So, I thought y'all enjoy this story.





Comment, Like (or Dislike). Any critics will help.
Oh, one more thing. Because I'm too lazy to translate my story into English, there won't be any English version of this story





Hadiah Natal Untuk Alan
Hari ini adalah tanggal 18 Desember 2015, berarti minggu depan adalah hari Natal. Natal kali ini mungkin akan menjadi Natal paling berkesan dalam hidupku. Tetapi, dalam arti negatif. Aku harus melewati Natal kali ini tanpa keluargaku, yang tidak pernah aku temui lagi selama hampir satu tahun ini. Terakhir aku melihat keluargaku adalah pada tanggal 10 Januari 2015, tepatnya pada jam setengah 12 malam.
Tanggal 10 Januari adalah tanggal yang akan selalu ada di memoriku. Pada saat itu, aku berlari bersama dengan orangtuaku. Ayahku, yang merupakan seorang marinir, menembaki pada sesuatu yang sering aku lihat pada permainan video, sebuah makhluk yang tidak berperasaan, tidak bernyawa, yang dikendalikan oleh nafsu akan daging manusia. Mereka menyebutnya sebagai zombie. Saat itulah, penyelamat dalam bentuk sebuah mobil RV, yang merupakan sebuah van besar yang memiliki perlengkapan dasar rumah seperti tempat tidur, kulkas, kamar mandi, dan lainnya.
Aku yang pertama kali masuk ke dalam RV tersebut. Ayahku adalah yang kedua masuk. Ibuku berusaha untuk masuk, tetapi kakinya telah digenggam oleh zombie-zombie yang mengejar kami. Ayahku berusaha untuk melepaskan genggaman zombie, tetapi ayahku ditarik oleh zombie juga.
“Tutup pintunya! Jalankan RV ini sekarang!” kata ayahku kepada supir dari RV tersebut, yang merupakan rekan kerja ayahku, Mark. Kata-kata itu adalah kata terakhir dari ayahku. Terpaksa, Mark akhirnya memutuskan untuk menutup pintu RV itu dan meninggalkan zombie-zombie yang sedang menyantap orangtuaku. Sejak saat itu, aku menjadi pengembara bersama dengan Mark, dan anaknya, yang merupakan teman sekelasku, Danielle. Kami berusaha untuk mencari sebuah tempat perlindungan.
Selama perjalanan ini, aku telah belajar banyak hal. Yang paling penting adalah cara melindungi diriku dari serangan zombie. Itu berarti aku belajar bagaimana caranya menggunakan senjata api, dan menggunakan berbagai senjata tajam. Tentu bukan hal yang biasa untuk seorang anak berumur 14 tahun. Tetapi, dunia sudah berubah. Kita hanya perlu untuk menyesuaikan diri kita.
“Hei, Alan. Melamun saja, kau. Bagaimana jika kau mengambil barang yang kita butuhkan dari toko itu denganku!” seru Danielle, sambil bersiap-siap untuk keluar dari RV ini.
“Ah, sebentar lagi. Aku bersiap-siap terlebih dulu,” jawabku sambil mengambil pedangku dan senjataku.
“Sebaiknya kau bergegas, Alan. Sebentar lagi ayahku akan selesai mengisi bensin, dan aku tidak mau membuat dia menunggu,” katanya.
Tiba-tiba, Aku melihat segerombolan zombie dari jauh, yang sepertinya mengejar kita. Aku berteriak kepada Mark untuk segera meyelesaikan pengisian bensin dan pergi dari pom bensin ini. Mark langsung masuk ke dalam RV, menyalakan mesinnya, tetapi tidak langsung menjalankan RV ini.
“Apa yang kita tunggu, yah! Cepat keluar dari tempat ini!” seru Danielle
“Aku hanya menunggu waktu yang tepat, anakku. Alan, saat aku bilang tembak, tembak salah satu pompa bensin!” sahut Mark kepadaku.
Aku menunggu. Ketika RV sudah dijalankan, Mark memberiku aba-aba untuk  menembak. Setelah aku menembak, ada ledakan besar yang membunuh zombie yang mengejar kami. Sekarang, kami bisa beristirahat untuk sejenak, dan melanjutkan perjalanan kami.
“Hei, seminggu lagi Natal. Aku ingin tahu apa yang kalian sangat inginkan untuk tahun ini,” kata Mark yang menanyai aku dan Danielle.
“Aku tidak ingin apa-apa, yah. Masih bisa selamat dari segerombolan zombie adalah hadiah yang sangat spesial, yang telah aku dapatkan dari Tuhan. Aku tidak meminta lebih dari itu,” jawab Danielle. Begitulah Danielle, masih bisa menemukan apa yang bisa disyukuri dari masa-masa sulit.
“Aku tidak menyangka jawabanmu, Dani. Ayah sangat bangga padamu. Kau masih bisa bersyukur atas hal-hal yang orang bisa lupakan. Bagaimana denganmu, Alan. Apa yang sangat kau Inginkan?” tanya Mark beralih kepadaku.
Setiap Natal yang aku ingat, aku selalu diberikan buku, bisa buku bacaan ringan maupun buku pengetahuan yang berat. Aku tidak pernah meminta lebih dari itu. Tetapi tahun ini, aku meminta yang lain, lebih dari buku.
“Aku ingin keluargaku kembali,” kataku sambil berlinang air mata. “Aku ingin semua ini selesai! Tidak ada lagi kiamat zombie! Aku ingin kembali ke keadaanku sebelumnya!”
Mark menghentikan RV-nya, lalu memelukku. Sepertinya dia ingin menenangkan aku dari segala kesedihan dan kemarahanku. Danielle juga tiba-tiba ikut memelukku.
“Aku tahu itu hal yang bodoh yang pernah aku minta. Tetapi aku sekarang hanyalah sebatang kara. Aku tidak mempunyai siapa-siapa,” kataku sambil bercucuran air mata.
“Itu bukan hal bodoh, Alan. Kau sudah melewati banyak hal dalam umurmu yang masih muda. Memang, orangtuamu mati demi menyelamatkanmu. Tetapi kau bukanlah sebatang kara. Kau mempunyai kami, aku dan Dani. Kau sudah menjadi bagian dari keluarga,” kata Mark yang masih mencoba menenangkan aku.
Kemarahan dan kesedihanku sudah sedikit mereda. Walaupun Mark menganggap aku sebagai bagian dari keluarga mereka, aku belum bisa menerima kenyataan bahwa orangtuaku mati demi menyelamatkanmu. Memangnya aku ini apa? Penyelamat? Apa yang mereka lihat dariku?
Beberapa hari telah berlalu. Sejak awal perjalanan kami sekitar 11 bulan yang lalu, kami sudah menyusuri seluruh Amerika dan pelosoknya, tetapi kami belum saja menemukan tempat perlindungan yang aman bagi kami. Tidak ada tempat perlindungan di Amerika. Jikalau ada, tempat itu sudah ditinggalkan oleh orang karena perlindungan yang buruk. Kami menemukan petunjuk bahwa ada tempat perlindungan di Alaska. Itulah tujuan kami berikutnya.
“Kita beruntung. Alaska adalah tempat yang sangat indah. Pemandangannya sangat bagus,” kata Mark sambil memasuki RV setelah mengambil senjata dan amunisi dari toko persenjataan.
“Ayah, dimana itu Alaska?” tanya Danielle.
“Saat itu kau masih sangat kecil. Mungkin kau tidak akan mengingatnya. Alaska itu ada di barat laut Kanada. Maka dari itu di sana terdapat banyak salju,” jelas Mark.
Keesokan harinya, kami telah memasuki Kanada. Tidak banyak zombie di situ. Sebenarnya, sejak musim dingin, lebih sedikit zombie yang berkeliaran di jalan. Mungkin inilah kuncinya. Mungkin zombie tidak tahan dengan suhu udara yang rendah.
“Hei, apakah kalian menyadari bahwa selama musim dingin, kita melihat lebih sedikit zombie dibanding pada saat musim panas?” kataku dengan heran.
“Oh iya. Biasanya kita melihat setidaknya 10 zombie setiap harinya. Pada musim dingin, kita hanya melihat zombie saat kita diserang di pom bensin dulu,” kata Mark
“Mungkin saja zombie tidak tahan dengan udara dingin. Atau mereka seperti berhibernasi. Atau mereka hanya malas keluar untuk mencari makan,” kata Danielle.
Tiba-tiba saja, RV mengalami kerusakan. Saat Mark memeriksa mesinnya, aku dan Danielle keluar untuk mencari rusa sebagai makan malam. Tetapi tiba-tiba, Danielle melihat zombie yang bersiap-siap untuk menerkam kami. Aku membunuh zombie tersebut dengan pedangku, dan darah zombie melekat di pedangku. Darah tersebut menarik perhatian dari sekumpulan serigala yang bersiap untuk menerkam aku dan Danielle.
Aku dan Danielle berlari menuju RV. Ketika sampai di RV, Mark melihat kami dikejar oleh serigala dan menembak serigala tersebut dengan senjatanya. Mark mengatakan bahwa mulai dari situ, kami harus berjalan menuju Alaska.
Tiga hari kemudian, aku memperkirakan kami hanya berjarak sepuluh hari berjalan dari Alaska. Kami menemukan sebuah rumah mewah yang ditinggalkan oleh pemiliknya. Kami bermalam di sana, dan bersiap untuk melanjutkan perjalanan kami ke Alaska.
“Danielle, Alan, aku punya hadiah untuk kalian. Ini hari Natal, bukan?” kata Mark kepadaku dan Danielle, yang sedang bersiap-siap untuk tidur di kamar tidur rumah tersebut.
“Hadiah apa, yah?” tanya Danielle penasaran.
“Aku ingin memberimu ini. Ini adalah kalung kepunyaan ibumu. Dia memberika kalung ini kepadaku di malam sebelum dia meninggal 2 tahun lalu. Sekarang, ini adalah kepunyaanmu. Agar pertanda bahwa ibumu selalu menjagamu,” kata Mark sambil memberikan kalung emas itu dan memakaikannya ke Danielle.
“Terima kasih, yah,” jawab Danielle berterimakasih.
“Alan, di tanganku, aku mempunyai ini. Ayahmu yang memberikan ini kepadaku. Ini adalah obat untuk menyembuhkan zombie. Aku sudah pernah mencobanya beberapa kali selama perjalanan kita. Minggu lalu, kau mengatakan bahwa kau ingin untuk mengakhiri ini semua. Sepertinya, Tuhan memberikan apa yang kau mau,” Kata Mark sambil menunjukkan sebuah botol yang berisi cairan berwarna merah seperti darah.
“Terima kasih, Mark. Aku tidak bisa berkata-kata lagi,” jawabku sambil memeluk Mark.
“Kau tahu, apa yang ayahmu katakan pada 10 Januari 2015, sebelum dia pulang kerja? Dia mengatakan bahwa aku akan menggantikan sebagai ayah bagimu ketika dia sudah meninggal. Aku tidak menyangka bahwa itu terjadi pada malam harinya,” kata Mark.
“Terima kasih atas segalanya, yah,” kataku. Aku sudah mendapatkan hadiah Natal yang aku mau. Hanya saja aku tidak pernah menyadarinya sampai sekarang.
Natal kali ini merupakan Natal yang cukup mengharukan bagiku. Semuanya terasa aman dan hangat di tengah-tengah kekacauan dunia. Hanya saja, momen ini tidak berlangsung lama. Keesokan harinya, kami sudah dikepung oleh banyak zombie dari berbagai arah. Zombie itu menggedor-gedor pintu seperti orang gila. Demi menyelamatkan keluargaku, aku mengorbankan diriku sebagai umpan untuk menyingkirkan zombie dari “ayahku” dan ‘saudaraku’. Aku tergigit sekali, tetapi aku tidak langsung berubah seperti orang-orang lain. Bahkan setelah aku menuju tempat RV “ayahku” rusak, aku tidak berubah.
Sekarang aku tahu mengapa ayahku ingin aku selamat, dan aku tahu darimana ayahku mendapatkan obatnya.




A.D.




No comments:

Post a Comment